RSS

Kamis, 15 Desember 2011

Psikologi Belajar bagi Anak yang sedang Belajar Bahasa Asing

Si Kecil Belajar Bahasa Asing

Semakin muda usia, semakin mudah anak belajar bahasa daripada orang dewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan. Sementara yang lain bilang, keberhasilan belajar bahasa asing sangat ditentukan oleh motif atau kebutuhan berkomunikasi dalam lingkungannya. Mana yang benar? Belakangan ini aneka kursus bahasa asing, terutama Inggris, kian semarak. Tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Lembaga persekolahan pun tak mau ketinggalan zaman. Saat ini banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, telah memulai pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing pada anak. Hal ini disebabkan banyak orang percaya bahwa pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing apabila dimulai pada usia dini sebelum anak mencapai masa kritis, yakni usia 12-13 tahun, akan memberikan hasil yang lebih baik, meskipun sampai sekarang belum ada bukti empiris yang memperkuat pendapat tersebut.. Pengajaran bahasa Inggris yang semula hanya dikenal di tingkat SMTP, kini diberikan kepada siswa SD, bahkan murid Sekolah Taman Kanak-Kanak. Fenomena seperti itu antara lain terpacu oleh obsesi orang tua yang menghendaki anaknya cepat bisa berbahasa asing. Mereka berpandangan, semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah ia menguasai bahasa itu.

Masa Emas Belajar Bahasa
Beberapa pakar bahasa mendukung pandangan “semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah anak menguasai bahasa itu”. Misalnya, McLaughlin dan Genesee menyatakan bahwa anak-anak lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian pula Eric H. Lennenberg, ahli neurologi, berpendapat bahwa sebelum masa pubertas, daya pikir (otak) anak lebih lentur. Makanya, ia lebih mudah belajar bahasa. Sedangkan sesudahnya akan makin berkurang dan pencapaiannya pun tidak maksimal.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian, Glenn Doman menyimpulkan, bahwa anak-anak pada dasarnya mempunyai kemampuan yang tidak terbatas dalam belajar bahasa. Menurutnya:
  • Anak usia 3 tahun mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam belajar bahasa sekaligus yang paling menguasai bahasa.
  • Anak yang berusia 5 tahun akan menguasai lebih banyak, tetapi tidak sebanyak anak yang berusia 3 tahun.
  • Anak yang berusia 10 tahun akan menguasai banyak bahasa tetapi tidak sebanyak yang 5 tahun.
  • Anak yang berusia 15 tahun akan menguasai sedikit bahasa dan dalam beberapa waktu akan segera melupakannya.
Dari pendapat Glenn Doman tersebut, juga dapat disimpulkan bahwa seorang anak bukanlah orang dewasa kecil yang kurang unggul, tetapi dalam banyak hal malahan lebih unggul dari orang dewasa. Bahkan kemampuan itu tidak terbatas dalam bidang bahasa saja.
Setiap anak yang normal mempelajari bahasa secara lengkap, antara usia satu sampai lima tahun. Dia mempelajarinya dengan logat negeri itu, kota, lingkungan, dan keluarganya dan dia mempelajarinya tanpa usaha yang keras. Kemampuan unik anak ini dapat dimanfaatkan untuk mengajar bahasa pada mereka dengan sebaik-baiknya. Berikan kesempatan seluas-luasnya atas kemampuan mereka yang luar biasa itu.
Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Cukup dengan pemajanan diri (self-exposure) pada bahasa tertentu, misalnya ia tinggal di suatu lingkungan yang berbahasa lain dari bahasa ibunya, dengan mudah anak akan dapat menguasai bahasa itu. Masa emas itu sudah tidak dimiliki oleh orang dewasa. Namun, bukan berarti orang dewasa tidak mampu menguasai bahasa kedua (bahasa asing). Lenneberg mengemukakan, orang dewasa dengan inteligensia rata-rata pun mampu mempelajari bahasa kedua selewat usia 20 tahun.
Pada penguasaan bahasa pertama dikenal istilah “masa kritis” (critical period). Pada penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) terdapat istilah “masa peka” (sensitive period). Berdasarkan penelitian Patkowski, masa peka penguasaan sintaksis bahasa asing adalah masa sampai usia 15 tahun. Anak yang dihadapkan pada bahasa asing sebelum usia 15 tahun mampu menguasai sintaksis bahasa asing seperti penutur asli. Sebaliknya, pada orang dewasa hampir tak mungkin aksen bahasa asing dapat dikuasai Lebih detail dipaparkan oleh peneliti lain. Penelitian Fathman terhadap 200 anak berusia 6 – 15 tahun yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di sekolah di AS, menunjukkan bahwa anak yang lebih muda (usia 6 – 10 tahun) lebih berhasil pada penguasaan fonologi (tata bunyi) bahasa Inggris. Sedangkan pada anak lebih tua (11 – 15 tahun) lebih berhasil pada penguasaan morfologi (satuan bentuk bahasa terkecil) dan sintaksisnya (susunan kata dan kalimat). Masih tentang penguasaan aspek tertentu dari bahasa asing dalam kaitannya dengan faktor usia, Scovel menyebutkan, kemampuan untuk menguasai aksen bahasa asing berakhir sekitar usia 10 tahun. Sedangkan penguasaan kosa kata dan sintaksis, menurut catatannya, tidak mengenal batasan usia.


Diselesaikan oleh: Efi Laila Hamim, PBI-3 / V
pada tgl 14 Des 2011, 21.00 WIB
untuk memenuhi Tugas MID Semester pada MK. Psikologi Pendidikan

Referensi:



Rabu, 22 Juni 2011

HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A.  Pengertian
1.  Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif).

2.   Pendidikan Anak Usia Dini
 Pendidikan anak usia dini adalah  suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
a.  PAUD berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
b.       PAUD bertujuan:
1.      Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab;
2.      Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual,   emosional, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

C.  Prinsip-Prinsip  Pendidikan  Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut  :
1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
3. Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
4. Lingkungan yang kondusif
5.  Berpusat pada anak
6.   Menggunakan pembelajaran terpadu
  7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
9. Dilaksanakan secara bertahap dan  berulang–ulang
10.  Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
11.  Pemanfaatan Teknologi Informasi

 
Copyright Kotak-Katik Tugas 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .